Jumat, 29 Mei 2009

Cari Materi Juga di Sini.....!


pdf buku pelajaran IPS Terpadu SMP....
kamu bisa link juga ya.....

Tanam Paksa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.

Pada prakteknya peraturan itu dapat dikatakan tidak berarti karena seluruh wilayah pertanian wajib ditanami tanaman laku ekspor dan hasilnya diserahkan kepada pemerintahan Belanda. Wilayah yang digunakan untuk praktek cultur stelstel pun tetap dikenakan pajak. Warga yang tidak memiliki lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh di lahan pertanian.

Tanam paksa adalah era paling eksploatatif dalam praktek ekonomi Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada zaman VOC wajib menjual komoditi tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.

Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini, Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda, pada 25 Desember 1839.

Sejarah

Graaf Johannes van den Bosch, pelopor tanam paksa

Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut setelah terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), Gubernur Jenderal Van den Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong, atau menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan.

Sistem tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa tanah kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai 40% dari hasil panen utama desa yang bersangkutan. Van den Bosch ingin setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor ke Eropa (kopi, tebu, dan nila). Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian tanah garapan (minimal seperlima luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari kerja untuk bekerja bagi pemerintah.

Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang pajak tanahnya. Bila pendapatan desa dari penjualan komoditi ekspor itu lebih banyak daripada pajak tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima kelebihannya. Jika kurang, desa tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari sumber-sumber lain.

Sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 sampai tahun 1835. Menjelang tahun 1840 sistem ini telah sepenuhnya berjalan di Jawa.

Pemerintah kolonial memobilisasi lahan pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga kerja yang serba gratis. Komoditas kopi, teh, tembakau, tebu, yang permintaannya di pasar dunia sedang membubung, dibudidayakan.

Bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda, sistem ini berhasil luar biasa. Karena antara 1831-1871 Batavia tidak hanya bisa membangun sendiri, melainkan punya hasil bersih 823 juta gulden untuk kas di Kerajaan Belanda. Umumnya, lebih dari 30 persen anggaran belanja kerajaan berasal kiriman dari Batavia. Pada 1860-an, 72% penerimaan Kerajaan Belanda disumbang dari Oost Indische atau Hindia Belanda. Langsung atau tidak langsung, Batavia menjadi sumber modal. Misalnya, membiayai kereta api nasional Belanda yang serba mewah. Kas kerajaan Belanda pun mengalami surplus.

Badan operasi sistem tanam paksa Nederlandsche Handel Maatchappij (NHM) merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut.

Akibat tanam paksa ini, produksi beras semakin berkurang, dan harganya pun melambung. Pada tahun 1843, muncul bencana kelaparan di Cirebon, Jawa Barat. Kelaparan juga melanda Jawa Tengah, tahun 1850.

Sistem tanam paksa yang kejam ini, setelah mendapat protes keras dari berbagai kalangan di Belanda, akhirnya dihapus pada tahun 1870, meskipun untuk tanaman kopi di luar Jawa masih terus berlangsung sampai 1915. Program yang dijalankan untuk menggantinya adalah sistem sewa tanah dalam UU Agraria 1870.

Kritik

Wolter Robert baron van Hoëvell, pejuang Politk Etis

Serangan-serangan dari orang-orang non-pemerintah mulai menggencar akibat terjadinya kelaparan dan kemiskinan yang terjadi menjelang akhir 1840-an di Grobogan,Demak,Cirebon. Gejala kelaparan ini diangkat ke permukaan dan dijadikan isu bahwa pemerintah telah melakukan eksploitasi yang berlebihan terhadap bumiputra Jawa. Muncullah orang-orang humanis maupun praktisi Liberal menyusun serangan-serangan strategisnya. Dari bidang sastra muncul Multatuli (Eduard Douwes Dekker), di lapangan jurnalistik muncul E.S.W. Roorda van Eisinga, dan di bidang politik dipimpin oleh Baron van Hoevell. Dari sinilah muncul gagasan politik etis.

Kritik kaum liberal

Usaha kaum liberal di negeri Belanda agar Tanam Paksa dihapuskan telah berhasil pada tahun 1870, dengan diberlakukannya UU Agraria, Agrarische Wet. Namun tujuan yang hendak dicapai oleh kaum liberal tidak hanya terbatas pada penghapusan Tanam Paksa. Mereka mempunyai tujuan lebih lanjut.

Gerakan liberal di negeri Belanda dipelopori oleh para pengusaha swasta. Oleh karena itu kebebasan yang mereka perjuangkan terutama kebebasan di bidang ekonomi. Kaum liberal di negeri Belanda berpendapat bahwa seharusnya pemerintah jangan ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Mereka menghendaki agar kegiatan ekonomi ditangani oleh pihak swasta, sementara pemerintah bertindak sebagai pelindung warga negara, menyediakan prasarana, menegakkan hukuman dan menjamin keamanan serta ketertiban.

UU ini memperbolehkan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta menyewa lahan-lahan yang luas dengan jangka waktu paling lama 75 tahun, untuk ditanami tanaman keras seperti karet, teh, kopi, kelapa sawit, tarum (nila), atau untuk tanaman semusim seperti tebu dan tembakau dalam bentuk sewa jangka pendek.

Kritik kaum humanis

Kondisi kemiskinan dan penindasan sejak tanam paksa dan UU Agraria, ini mendapat kritik dari para kaum humanis Belanda. Seorang Asisten Residen di Lebak, Banten, Eduard Douwes Dekker mengarang buku Max Havelaar (1860). Dalam bukunya Douwes Dekker menggunakan nama samaran Multatuli. Dalam buku itu diceritakan kondisi masyarakat petani yang menderita akibat tekanan pejabat Hindia Belanda.

Seorang anggota Raad van Indie, C. Th van Deventer membuat tulisan berjudul Een Eereschuld, yang membeberkan kemiskinan di tanah jajahan Hindia-Belanda. Tulisan ini dimuat dalam majalah De Gids yang terbit tahun 1899. Van Deventer dalam bukunya menghimbau kepada Pemerintah Belanda, agar memperhatikan penghidupan rakyat di tanah jajahannya. Dasar pemikiran van Deventer ini kemudian berkembang menjadi Politik Etis.

Dampak di bidang pertanian

Cultuurstelsel menandai dimulainya penanaman tanaman komoditi pendatang di Indonesia secara luas. Kopi dan teh, yang semula hanya ditanam untuk kepentingan keindahan taman mulai dikembangkan secara luas. Tebu, yang merupakan tanaman asli, menjadi populer pula setelah sebelumnya, pada masa VOC, perkebunan hanya berkisar pada tanaman "tradisional" penghasil rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkeh. Kepentingan peningkatan hasil dan kelaparan yang melanda Jawa akibat merosotnya produksi beras meningkatkan kesadaran pemerintah koloni akan perlunya penelitian untuk meningkatkan hasil komoditi pertanian, dan secara umum peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertanian. Walaupun demikian, baru setelah pelaksanaan UU Agraria 1870 kegiatan penelitian pertanian dilakukan secara serius.

Herman Willem Deandels


Herman Willem Daendels (Hattem, 21 Oktober 1762Ghana, 2 Mei 1818), adalah seorang politikus Belanda yang merupakan Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis

Masa kecil

Herman Willem Daendels lahir di Hattem, Belanda pada tanggal 21 Oktober 1762 sebagai putra Burchard Johan Daendels, sekretaris walikota dan Josina Christina Tulleken. Ketika menginjak dewasa, ia belajar hukum di Universitas di Harderwijk, yang sekarang sudah tidak ada lagi. Ia lulus pada tanggal 10 April 1783.

Masa dewasa

Pada tahun 1780 dan 1787 ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Perancis. Di sana ia menyaksikan dari dekat Revolusi Perancis dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya ia mencapai pangkat Jendral dan pada tahun 1795 ia masuk Belanda dan masuk tentara Republik Batavia dengan pangkat Letnan-Jendral. Sebagai kepala kaum Unitaris, ia ikut mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Bahkan ia mengintervensi secara militer selama dua kali. Tetapi invasi orang Inggris dan Rusia di provinsi Noord-Holland berakibat buruk baginya. Ia dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhirnya ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1800. Ia memutuskan untuk menjadi petani dan peternak saja di Heerde, Gelderland.

Karir

Pada tahun 1806 ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (Koning Lodewijk) untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Lalu setelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia-Belanda sebagai Gubernur-Jendral.

Daendels di Hindia-Belanda

Maka setelah perjalanan yang panjang melalui Pulau Kanari, Daendels tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808 dan menggantikan Gubernur-Jendral Albertus Wiese. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah Isle de France dan Mauritius pada tahun 1807. Namun demikian beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat Batavia. Pada tahun 1800, armada Inggris telah memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust sehingga tidak berfungsi lagi. Pada tahun 1806, armada kecil Inggris di bawah laksamana Pellew muncul di Gresik. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, Von Franquemont memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk mendarat di Surabaya tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris. Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera. Tentara Belanda diisinya dengan orang-orang pribumi, ia membangun rumah sakit-rumah sakit dan tangsi-tangsi militer baru. Di Surabaya ia membangun sebuah pabrik senjata, di Semarang ia membangun pabrik meriam dan di Batavia ia membangun sekolah militer. Kastil di Batavia dihancurkannya dan diganti dengan benteng di Meester Cornelis (kini Jatinegara). Di Surabaya dibangunnya Benteng Lodewijk. Proyek utamanya, yaitu Jalan Raya Pos, sebenarnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat.

Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini, Daendels merubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Jika di zaman VOC para residen Belanda diperlakukan sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa, dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak duduk sejajar dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi atau mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari tahtanya ketika Minister datang di kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja, Minister tidak perlu turun dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan kereta raja. Meskipun di Surakarta Sunan Paku Buwono IV menerima ketentuan ini, di Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono II tidak mau menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya bersedia melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak terima terhadap perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang Inggris datang, maka mereka bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang Belanda.

Berbeda dengan apa yang dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di Jawa tetapi tidak dilakukan dari Anyer hingga Panarukan. Jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada ketika Daendeks tiba. Oleh karena itu menurut het Plakaatboek van Nederlandsch Indie jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju Cisarua dan seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan para pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri, bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung. Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu.

Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu gulden yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan tersebut. Ketika Daendels berkunjung ke Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia mengundang semua bupati di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels menyampaikan bahwa proyek pembangunan jalan harus diteruskan karena kepentingan mensejahterakan rakyat (H.W. Daendels, Staat van Nederlandsch Indische Bezittingen onder bestuur van Gouverneur Generaal en Marschalk H.W. Daendels 1808-1811, 's Gravenhage, 1814). Para bupati diperintahkan menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan Pekalongan hingga Surabaya telah ada, karena pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa Nicolaas Engelhard telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka menumpas pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon (Indische Tijdschrift, 1850). Jadi Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan jalan dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung di Jawa Timur saat itu.

Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan penahanan dirinya. Hal itu menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger (Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering). Mereka yang dipecat ini kemudian kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat lain yang diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F. Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa), mereka menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek pembangunan jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa. Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan, padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg. Sayang sekali arsip-arsip mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A. van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kesalahan dengan menerima kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi.

Kontroversi lain yang menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi Sumedang, Limbangan, Cisarua dan Sukabumi. Begitu juga dengan adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos.

Di sisi lain dikatakan bahwa Daendels mebuat birokrasi menjadi lebih efisien dan mengurangi korupsi. Tetapi ia sendiri dituduh korupsi dan memperkaya diri sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang oleh Perancis dan kekuasaan harus diserahkan kepada Jan Willem Janssens, seperti diputuskan oleh Napoleon Bonaparte.Pemanggilan pulang ini dipertimbangkan oleh Napoleon sendiri. Dalam rangka penyerbuan ke Rusia, Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal dan pilihannya jatuh kepada Daendels. Dalam korps tentara kebanggaan Perancis (Grande Armee), ada kesatuan Legiun Asing (Legion Estranger) yang terdiri atas kesatuan bantuan dari raja-raja sekutu Perancis. Di antaranya adalah pasukan dari Duke of Wurtemberg yang terdiri atas tiga divisi (kira-kira 30 ribu tentara). Tentara Wurtemberg ini sangat terkenal sebagai pasukan yang berani, pandai bertempur tetapi sulit dikontrol karena latar belakang mereka sebagai tentara bayaran pada masa sebelum penaklukan oleh Perancis. Napoleon mempercayakan kesatuan ini kepada Daendels dan dianugerahi pangkat Kolonel Jenderal.

Ketika tiba di Paris dari perjalanannya di Batavia, Daendels disambut sendiri oleh Napoleon di istana Tuiliries dengan permadani merah. Di sana ia diberi instruksi untuk memimpin kesatuan Wurtemberg dan terlibat dalam penyerbuan ke Rusia pada tanggal 22 Juni 1812.

Kembali ke Eropa

Sekembali Daendels di Eropa, Daendels kembali bertugas di tentara Perancis. Dia juga ikut tentara Napoleon berperang ke Rusia. Setelah Napoleon dikalahkan di Waterloo dan Belanda merdeka kembali, Daendels menawarkan dirinya kepada Raja Willem I, tetapi Raja Belanda ini tidak terlalu suka terhadap mantan Patriot dan tokoh revolusioner ini. Tetapi biar bagaimanapun juga, pada tahun 1815 ia ditawari pekerjaan menjadi Gubernur-Jendral di Ghana. Ia meninggal dunia di sana akibat malaria pada tanggal 8 Mei 1818.

Rabu, 27 Mei 2009

Weather

http://en.wikipedia.org/wiki/Weather

KISI-KISI ULUM Bil 7


MULTIPLE CHOICE

  1. Kind ofGoods Value
  2. Definition ofCapital production factors
  3. An extension effort of production
  4. Example of Direct distribution
  5. Definition ofWholeseller
  6. The factor which influences the consumption level
  7. The objective/purpose of performing a consumption activity
  8. The main purpose of a
  9. Definition of Cooperative
  10. One of matters that ought to be regarded before starting to be distributor
  11. Example of economic motive
  12. Example of mineral resource
  13. Manpower skill which is required in an economic activity
  14. Policy of Deandels
  15. Tarumanegara king was…
  16. The one that is not a factor that supported the development of Islam in Indonesia
  17. One of the walisanga who used shadow puppet shows to spread Islam
  18. One method used by VOC to take control of a certain region was by creating conflicts among the parties existing in the area
  19. Effect from The fall of malaka into the hands of Portuguese people in 1511
  20. hasanudin and the Dutch agreement.
  21. The first Muslim king in Java
  22. The factor which made Demak Kingdom increasing fast
  23. one that is the ways of spreading Islam to Indonesia
  24. The one below that is not a role of the wali songo
  25. Science that learns weather specifically
  26. The tool to measure the direction and speed
  27. Volcanic lake definition
  28. Factor of Indonesia is called an agrarian country
  29. Stalactite and stalagmite
  30. Definition of Infiltration
  31. One of these which is included in five farming method (panca usaha tani))
  32. Definition Thematic Map
  33. Definition Suggestive, Social contact, Sympathy, Identification
  34. Definition of Imitation, Autosuggestion, Sympathy, Identification
  35. The main and first place for place for a child to learn to socialize
  36. Example of repressive socialization in family
  37. Definition of balance, surplus and deficit
  38. The definition of hydrosphere
  39. Glacier river in Indonesia can only be found in papua
  40. The biggest quantity of gas in the
  41. Definition of Weather
  42. Ozone layer that filters ultraviolet located
  43. A negative effect of the geographical position of Indonesia
  44. The effect of astronomical position of Indonesia
  45. The objectives of mapping
  46. Definition of Inset, Legend, Orientation symbol, Map source
  47. Definition of Economic principle
  48. Definition of economic human
  49. The God of the Sun of Kutai people
  50. The leader of Jakarta in the past who defeated VOC and drove them back to Maluku

KISI-KISI ULUM REGULER


  1. Arti dan ciri , PT, CV, Koperasi, Firma
  2. Kelemahan perusahaan persekutuan komanditer
  3. Pelakana kegiatan perusahaan dalam PT
  4. Kegiatan manusia yang palling banyak dilakukan oleh rumah tangga keluarga
  5. Hukum Gossen I dan II
  6. Cara meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi
  7. Faktor produksi primer
  8. Keuntungan CV bagi sekutu pasif dan aktif
  9. Pengertian pedagang
  10. Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem distribusi
  11. Arti Badan usaha
  12. Jenis produksi menurut jenis usaha
  13. Sunan yang menyebarkan Islam di daerah Jawa Barat, yaitu…..
  14. Contoh bentuk akulturasi budaya local dengan budaya islam
  15. Faktor-faktor penyebab datangnya bangsa Eropa ke Nusantara
  16. Pengaruh bangsa Portugis di Nusantara
  17. Bentuk politik balas budi
  18. Berikut adalah beberapa kebijakan Raffles di Indonesia
  19. Pengaruh budaya Eropa di Nusantaran
  20. Masuknya paham liberalisme dalam system ekonomi nusantara saat itu
  21. Contoh dari tindakan kreatif dalam ekonomi
  22. Salah satu sifat yang harus dikembangkan untuk membentuk jiwa kreatif
  23. Dampak dari dikuasainya selat Malaka oleh Portugis
  24. Contoh produksi ekstraktif
  25. Kerajaan yang berhubungan langsung dengan keberadaan wali songo
  26. Pengertian dan perbedaan antara badan usaha dengan perusahaan
  27. Macam-macam badan usaha
  28. Macam perusahaan dilihat dari lapangan atau bidang usahanya
  29. Sebutkan 5 dari 9 Wali yang menyebarkan agama islam di Nusantara
  30. Contoh pengaruh budaya Eropa di Indonesia

KISI-KISI ULUM AKSELERASI


KISI-KISI ULUM AKSELERASI

  1. Maksud kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia
  2. Penyebab kegagalan Sultan Agung dalam melakukan penyerangan kedua ke Batavia
  3. Pencetus dan pelaksana sistem kerja paksa
  4. Perjanjian antara VOC dengan Sultan Hasanudin
  5. Bentuk politik etis
  6. Organisasi yang berhaluan radikal (non cooperation) melawan penjajahan Belanda
  7. Arti penting sumpah pemuda terhadap perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka
  8. Factor utama yang mendorong pergerakan nasional di Indonesia
  9. Faktor ekstern yang membantu percepatan proses kemerdekaan Indonesia
  10. Tujuan pembentukan PETA
  11. bentuk propaganda antisekutu yang dilancarkan oleh Jepang
  12. Tokoh-tokoh yang memberikan masukan tentang dasar negara
  13. Organisasi buatan Jepang untuk persiapan menghadapi perang denga sekutu di Asia pasifik
  14. Presiden Republik Indonesia sementara
  15. 3 Sistem ekonomi dunia
  16. Kekurangan atau ciri negatif dari sistem ekonomi demokrasi
  17. Pengelompokan Benda menurut jumlah
  18. Tujuan dibentuknya badan usaha milik negara
  19. Peran pemerintah sebagai pengatur dalam bidang ekonomi
  20. Fungsi pasar
  21. Arti Monopoli
  22. Contoh pasar abstrak
  23. Peran BUMS dalam sistem demokrasi ekonomi
  24. Berikut BUMS yang memiliki tujuan untuk mencari keuntungan
  25. Arti Liberalisme , tradisional, Etatisme, Demokrasi ekonomi

ESSAY

  1. 4 faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya rasa nasionalisme.
  2. Perbedaan perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan antara sebelum abad 20 dan setelah abad 20
  3. Pasar menurut persaingan
  4. Perbedaan antara tiga system ekonomi dunia
  5. Fungsi pasar dan jelaskan pengertiannya

Selasa, 26 Mei 2009

Atmosphere

An atmosphere (from Greek ατμός - atmos, 'vapor' + σφαίρα - sphaira, 'sphere') is a layer of gases that may surround a material body of sufficient mass,[1] by the gravity of the body, and are retained for a longer duration if gravity is high and the atmosphere's temperature is low. Some planets consist mainly of various gases, but only their outer layer is their atmosphere (see gas giants).

The term stellar atmosphere describes the outer region of a star, and typically includes the portion starting from the opaque photosphere outwards. Relatively low-temperature stars may form compound molecules in their outer atmosphere. Earth's atmosphere, which contains oxygen used by most organisms for respiration and carbon dioxide used by plants, algae and cyanobacteria for photosynthesis, also protects living organisms from genetic damage by solar ultraviolet radiation. Its current composition is the product of billions of years of biochemical modification of the paleoatmosphere by living organisms.

Atmospheric pressure is the force per unit area that is applied perpendicularly to a surface by the surrounding gas. It is determined by a planet's gravitational force in combination with the total mass of a column of air above a location. Units of air pressure are based on the internationally-recognized standard atmosphere (atm), which is defined as 101,325 Pa (or 1,013,250 dynes per cm²).

The pressure of an atmospheric gas decreases with altitude due to the diminishing mass of gas above each location. The height at which the pressure from an atmosphere declines by a factor of e (an irrational number with a value of 2.71828..) is called the scale height and is denoted by H. For an atmosphere with a uniform temperature, the scale height is proportional to the temperature and inversely proportional to the mean molecular mass of dry air times the planet's gravitational acceleration. For such a model atmosphere, the pressure declines exponentially with increasing altitude. However, atmospheres are not uniform in temperature, so the exact determination of the atmospheric pressure at any particular altitude is more complex.

Surface gravity, the force that holds down an atmosphere, differs significantly among the planets. For example, the large gravitational force of the giant planet Jupiter is able to retain light gases such as hydrogen and helium that escape from lower gravity objects. Second, the distance from the sun determines the energy available to heat atmospheric gas to the point where its molecules' thermal motion exceed the planet's escape velocity, the speed at which gas molecules overcome a planet's gravitational grasp. Thus, the distant and cold Titan, Triton, and Pluto are able to retain their atmospheres despite relatively low gravities. Interstellar planets, theoretically, may also retain thick atmospheres.

Since a gas at any particular temperature will have molecules moving at a wide range of velocities, there will almost always be some slow leakage of gas into space. Lighter molecules move faster than heavier ones with the same thermal kinetic energy, and so gases of low molecular weight are lost more rapidly than those of high molecular weight. It is thought that Venus and Mars may have both lost much of their water when, after being photodissociated into hydrogen and oxygen by solar ultraviolet, the hydrogen escaped. Earth's magnetic field helps to prevent this, as, normally, the solar wind would greatly enhance the escape of hydrogen. However, over the past 3 billion years the Earth may have lost gases through the magnetic polar regions due to auroral activity, including a net 2% of its atmospheric oxygen.[2]

Other mechanisms that can cause atmosphere depletion are solar wind-induced sputtering, impact erosion, weathering, and sequestration — sometimes referred to as "freezing out" — into the regolith and polar caps.

Atmospheric gases scatter blue light more than other wavelengths, giving the Earth a blue halo when seen from space.

Initial atmospheric makeup is generally related to the chemistry and temperature of the local solar nebula during planetary formation and the subsequent escape of interior gases. These original atmospheres underwent much evolution over time, with the varying properties of each planet resulting in very different outcomes.

The atmospheres of the planets Venus and Mars are primarily composed of carbon dioxide, with small quantities of nitrogen, argon, oxygen and traces of other gases.

The atmospheric composition on Earth is largely governed by the by-products of the very life that it sustains. Earth's atmosphere contains roughly (by molar content/volume) 78.08% nitrogen, 20.95% oxygen, a variable amount (average around 0.247%, National Center for Atmospheric Research) water vapor, 0.93% argon, 0.038% carbon dioxide, and traces of hydrogen, helium, and other "noble" gases (and of volatile pollutants).

The low temperatures and higher gravity of the gas giantsJupiter, Saturn, Uranus and Neptune — allows them to more readily retain gases with low molecular masses. These planets have hydrogen-helium atmospheres, with trace amounts of more complex compounds.

Two satellites of the outer planets possess non-negligible atmospheres: Titan, a moon of Saturn, and Triton, a moon of Neptune, which are mainly nitrogen. Pluto, in the nearer part of its orbit, has an atmosphere of nitrogen and methane similar to Triton's, but these gases are frozen when farther from the Sun.

Other bodies within the Solar System have extremely thin atmospheres not in equilibrium. These include the Moon (sodium gas), Mercury (sodium gas), Europa (oxygen), Io (sulfur), and Enceladus (water vapor).

The atmospheric composition of an extra-solar planet was first determined using the Hubble Space Telescope. Planet HD 209458b is a gas giant with a close orbit around a star in the constellation Pegasus. The atmosphere is heated to temperatures over 1,000 K, and is steadily escaping into space. Hydrogen, oxygen, carbon and sulfur have been detected in the planet's inflated atmosphere.[3]

The Earth's atmosphere consists, from the ground up, of the troposphere (which includes the planetary boundary layer or peplosphere as lowest layer), stratosphere, mesosphere, thermosphere (which contains the ionosphere and exosphere) and also the magnetosphere. Each of the layers has a different lapse rate, defining the rate of change in temperature with height.

Three quarters of the atmosphere lies within the troposphere, and the depth of this layer varies between 17 km at the equator and 7 km at the poles. The ozone layer, which absorbs ultraviolet energy from the Sun, is located primarily in the stratosphere, at altitudes of 15 to 35 km. The Kármán line, located within the thermosphere at an altitude of 100 km, is commonly used to define the boundary between the Earth's atmosphere and outer space. However, the exosphere can extend from 500 up to 10,000 km above the surface, where it interacts with the planet's magnetosphere.

http://en.wikipedia.org/wiki/Atmosphere

THE FORMING OF SURFACE OF EARTH


At the end of the chapter, students should be able to :

1. Explain how landform are a result if internal forces of crustal movement

2. Describe how landform are modified by external forces

3. Discuss how landform affect people


THE FORMING OF SURFACE OF EARTH

A. Endogenic

its resulting features such as a rock that originated within the earth

Endogenic power consist of :

1. Tectonic

The movement of plates which make up the earth’s crust. We call the tectonic is movement plates. The movement is very slowly-between 1 – 5 centimetres per year- so we do not feel the movement.

( The mantle made of liquid rock that flows in certain directions due to convection currents. Movement of the mantle cause the crustel paltes that lie on to move )

Kind of tectonic or movement plates is :

a. Fault

Is a fracture in rock along which the adjacent rock surfaces are differentially displace

-or-

plates slide past each other along the cracks of the earth crust

As the plates move, they may

- Slide past

- Pull a part

- Push toward each other

“When plates move a part, the molten mantle beneath the earth’s crust will rise up to create new landform like volcanoes”

“When plates push towards each other, mountains and volcanoes may be formed”

Fault consist of :

  1. Graben Fault is up displace
  2. Horst Fault is down displace
  3. Compiling Fault is two or more displace / fault compailing

b. Folding

When two plates collide with each other, some of the layers of rock which make up the earth’s crust buckle and form fold

or

a bend in rock strata or other planar structure, usually produced by deformation and recognized where layered rock have been distroyed into wavelike form

Demontrate with cardboard !!

(The amount of folding that takes place can be so small that is hardly noticeable, or it can be so large that mountain are formed as a result

these mountain are called fold mountain)

Example,

Fold mountain is Himalayas in Nepal.

Mount Everest are located in the Himalayas.

Himlayas were first formed around 40 – 50 million years ago and they are still growing today.

Why ?

Because the Himalayas are located along two plates (indoaustralian and Eurasian plates and that still pushing againt each other


2. Vulcanicity

Process magma pushes its way into crust of the earth and reaches the earth surface through cracks which are often found along boundaries of plate.

Lava is when magma reaches the earth’s surface

Eruption is process of outpouring the lava to earth’s surface

Volcano is process of magma escapes to the earth’s surface through a single hole and hardened lava built up from many eruptions results in a cone shaped mountain

“Volcanoes have the same basic structure but their shapes and sizes are possible reasons for different, Why ?

Because depend of

1. Rate of flow

2. Compotition of lava”

( Open Chapter of Volcanicity )